Renungan Seputar Ayat Puasa

Oleh Ustadz Muhammad bin Badar Bajrie Hafidzahullah

·

5 min read

Renungan Seputar Ayat Puasa

Bulan ramadhan merupakan bulan pelepasan api neraka, bulan penuh ampunan, bulan turunnya Al-Qur'an. Didalamnya terdapat anjuran untuk banyak-banyak bersedekah.

Kedermawanan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri saat bulan ramadhan melebihi angin yang berhembus. Diibaratkan demikian karena Rasulullah sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang berhembus cepat.

Baik, Bismillahirrahmanirrahim aku ingin membagikan beberapa faedah yang terkandung di dalam ayat-ayat puasa, yaitu QS. Al-Baqarah ayat 183-185.

Kewajiban Berpuasa

Dalam ayat 183 terdapat kata كُتِبَ (kutiba) yang berarti "diwajibkan", dan kewajiban berpuasa ini ditujukan untuk seorang muslim yang sudah baligh, berakal dan wanita yang tidak sedang haid dan nifas.

Definisi Puasa

Definisi dari puasa adalah menahan diri dari pembatal puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari, dan tentu dengan niat ikhlas beribadah karena Allah.

Apa saja pembatal puasa? Diantaranya jima' atau berhubungan intim, makan dan minum dengan sengaja dan yang serupa dengannya (infus, merokok, dll), muntah dengan sengaja, mengeluarkan air mani secara sadar dan mengeluarkan darah haid atau nifas.

Untuk al-Hijamah atau berbekam, terdapat khilaf diantara ulama, dan aku pribadi lebih condong pada pendapat yang membatalkan puasa.

Karena Iman

Diantara faedah yang selanjutnya, adalah anjuran bagi seorang mukmin berpuasa harus penuh dengan keimanan, bukan sekedar rutinitas tahunan semata.

Dari Abu Hurairah, Ia berkata:

Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari dan Muslim)

Diantara bentuk beriman dalam kesempurnaan puasa adalah menjaga adab-adab berpuasa, yaitu:

  • Sahur diakhir malam

  • Dermawan

  • Menjauhi perkataan dan perbuatan yang sia-sia

  • Menyegerakan berbuka

  • Berbuka dengan sederhana

  • Memperbanyak berdo'a

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Puasa itu adalah perisai. Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah dia berkata-kata kotor dan tidak juga berlaku bodoh. Jika ada orang yang memerangi atau mencacinya, maka hendaklah dia mengatakan, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa' (sebanyak dua kali). Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah Ta'ala daripada aroma minyak kesturi, di mana dia meninggalkan makanan, minuman, dan nafsu syahwatnya karena Aku (Allah). Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan pahala karenanya dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. (HR Bukhari dan Muslim)

Warisan

Masih dalam ayat ke-183, menunjukkan bahwa ibadah puasa adalah ibadah yang diwariskan dari suatu kaum ke kaum yang lain, namun kesempurnaan ibadah puasa telah disempurnakan di dalam syari'at Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Agar Bertaqwa

Inti dari puasa dibulan ramadhan adalah untuk menjadi orang yang bertakwa, bukan untuk menyiksa manusia. Lagi pula dalam ayat selanjutnya (yakni 184) disebutkan bahwa kewajiban berpuasa ini hanya dalam hitungan hari.

Pun dalam bulan ramadhan terdapat anjuran untuk menjadikan bulan ini sebagai pendidikan kerohanian.

Hukum Puasa Pertama Kali

Dalam ayat 184, menunjukkan hukum puasa pertama kali bagi orang yang sakit dan safar, maka boleh tidak berpuasa, dan bagi yang memukim boleh berpuasa atau membayar fidyah.

Selanjutnya, kewajiban berpuasa ini ditetapkan pada tahun ke-2 hijriah. Dan kewajiban puasa diperuntukkan untuk yang beragama Islam, sudah baligh, dan berakal.

Al-Qur'an

Dalam ayat ke-185, disebutkan diantara keutamaan bulan ramadhan Allah menurunkan Al-Qur'an.

Dan diantara keutaman bulan ramadhan yang lainnya, bulan ini adalah bulan yang penuh keberkahan, bulan diwajibkannya berpuasa, dibukanya pintu surga karena banyak amalan yang diangkat ke langit, ditutupnya api neraka dan diikatnya/dibelenggunya para syaiton.

Pun dalam bulan ini, tentu dianjurkan untuk kita memperbanyak membaca Al-Qur'an.

Penetapan Awal Bulan

Dalam ayat yang sama, yaitu ayat 185, terdapat tata cara untuk menetapkan awal bulan, bulan ramadhan. Yakni dengan menggunakan rukyat hilal, bukan menggunakan hisab.

Dan untuk hisab sendiri, sebenarnya hanya sebagai metode pendukung saja, namun yang diprioritaskan tetap pada rukyat hilal.

Sakit

Keadaan orang yang sakit di bulan ramadhan pun telah diatur dalam ayat 185 ini. Untuk penyakit yang tidak diharapkan kesembuhannya (seperti kanker, dll), maka tidak diwajibkan bagi pengidapnya untuk berpuasa, namun wajib membayar fidyah.

Untuk penyakit yang diharapkan kesembuhannya, maka ada 3 penentuan, diantaranya.

  • Jika tidak memberatkan dan tidak memudharatkan/membahayakan orang yang berpuasa (flu, batuk ringan, dll), maka hukumnya wajib untuk berpuasa.

  • Jika puasa memberatkan namun tidak membahayakan maka hukumnya makruh.

  • Jika puasa memberatkan dan membahayakan (misalnya, asam lambung kronis, dll) maka haram hukumnya.

Berpergian/Safar

Orang yang tengah berpergian atau safar juga di atur disini. Tentu jika safar dijalankan dalam rangka bertipu daya untuk berbuka, maka haram hukumnya. Dan perlu diketahui, bertipu daya dalam beribadah dosanya amat sangat besar (karena sedang mempermainkan-Nya).

Jika berpergian bukan bermaksud seperti demikian, maka setidaknya ada 3 keadaan, yaitu:

  • Apabila safar sangat memberatkannya, maka hukumnya (puasanya) haram.

  • Apabila safar memberatkannya, tetapi tidak "sangat", maka hukumnya makruh.

  • Apabila safar tidak memberatkan sama sekali, maka pilihlah yang paling ringan baginya. Dan yang paling afdhol adalah tetap berpuasa.

Penuh Satu Bulan & Berdzikir

Dalam ayat 185 terdapat kewajiban untuk menyelesaikan puasa hingga hari terakhir, yaitu diantara 29 atau 30 hari. Pun terdapat anjuran untuk memperbanyak berdzikir dan memuji Allah subhanahu wa ta'ala setelah melakukan ibadah.

Lalu apa fungsi berdzikir kepada Allah setelah beribadah?

  1. Dzikir dapat menyempurnakan kekurangan dalam ibadah tersebut.

  2. Berdzikir dapat mengingatkan bahwa kita dapat beribadah karena taufik dan hidayah dari Allah subhanahu wa ta'ala.

  3. Dzikir dapat membantu kita agar dapat istiqomah beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Bersyukur

Diantara faedah yang terakhir, adalah agar kalian (termasuk aku) bersyukur, karena Allah tidak membutuhkan ibadah hambanya, namun kitalah sebagai hambanya yang membutuhkan ridha Allah subhanahu wa ta'ala.

Penutup

Perlu diketahui, orang yang berpuasa akan memiliki 2 kebahagiaan, diantaranya saat kita berbuka dan saat kita berjumpa dengan Allah subhanahu wa ta'ala.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,

Sesungguhnya di surga ada suatu pintu yang disebut 'ar rayyan'. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru, 'Mana orang yang berpuasa.' Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebagai penutup, aku mengutip satu kutipan yang pernah aku dengar dalam satu majelis ilmu.

Kalau bukan karena Allah, kita tidak akan bisa beribadah kepada Allah.

Semoga bermanfaat,
Barakallahu fiikum.