Sudah Berhijab Namun Perlu Dihijab Kembali

·

3 min read

Sudah Berhijab Namun Perlu Dihijab Kembali

Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat ... maraknya pakaian-pakaian yang dipakai oleh kaum wanita, mereka berpakaian tetapi telanjang. (HR. Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)

Dalam tulisan ini, aku ingin membahas tentang fenomena yang semakin meluas di tengah masyarakat, terkait dengan kondisi sosial dan moral yang mengiringi tren busana dan perilaku. Fenomena tersebut adalah tabarruj atau penampakan yang tidak senonoh yang "beberapa" wanita tunjukkan meskipun mereka sudah mengenakan hijab.

Dikutip dari konsultasisyariah.com, tabarruj merupakan upaya wanita dalam menampakkan kecantikan dan atau segala sesuatu yang mengundang syahwat di depan laki-laki lain yang bukan mahram.

Penyebab Tabarruj

Fenomena tabarruj sering kali dipicu oleh berbagai faktor sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat. Beberapa penyebab utama mengapa tabarruj semakin umum diantaranya.

  1. Hilangnya Penghormatan terhadap Nilai-Nilai Kesopanan. Perubahan budaya dan pergaulan modern telah menyebabkan hilangnya penghormatan terhadap nilai-nilai kesopanan dan etika berpakaian. Konsep berpakaian sopan telah tergerus oleh pengaruh budaya populer yang mempromosikan gaya hidup bebas dan ekspresif (open-minded).

  2. Pembiaran dari Lingkungan Masyarakat. Lingkungan sosial yang membiarkan perilaku tabarruj juga turut berkontribusi dalam meningkatkannya. Kurangnya pengawasan dan teguran terhadap perilaku tidak senonoh dapat mempengaruhi individu untuk mengikuti tren tabarruj.

  3. Sengaja Menjauhi Aturan Agama. Beberapa orang mungkin dengan sengaja menjauhi aturan berpakaian yang telah ditetapkan dalam agama. Motivasi ini bisa muncul karena kurangnya pemahaman tentang arti hijab atau karena terpengaruh oleh pandangan yang mengecilkan pentingnya berpakaian sopan.

  4. Mementingkan Mode dan Hawa Nafsu. Tren mode dan tuntutan hawa nafsu sering kali mengalahkan kepatuhan terhadap norma-norma agama. Dorongan untuk tampil "modis" dan "menarik" bisa menjadi penyebab seseorang berpenampilan tabarruj tanpa memikirkan konsekuensinya.

  5. Hubungan dengan Dunia Pacaran. Kaitan antara tabarruj dan fenomena pacaran juga patut diperhatikan. Dalam budaya pacaran yang semakin meluas, tampil menarik untuk menarik perhatian lawan jenis bisa menjadi alasan untuk menunjukkan lebih banyak kulit (wajah, tangan, dll) dan mengekspos diri.

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. Al-Baqarah: 120)

Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang penyebab tabarruj, semoga kita dapat lebih baik dalam mengatasi fenomena ini dengan solusi yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan moral.

Aturan Dalam Islam

Allah subhanahu wa ta'ala telah menetapkan aturan-aturan berpakaian dalam Islam dengan tujuan untuk menjaga kesucian dan kehormatan. Allah memerintahkan agar wanita tetap berpakaian sopan dan menjaga aurat, serta tidak bertabarruj seperti cara berpakaian wanita zaman jahiliyah.

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al-Ahzab: 33)

Jaga Pandangan (Gadhul Bashar)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga pandangan kita agar tidak terjatuh pada dosa zina yang pertama, yaitu pandangan. Menjaga pandangan adalah langkah awal untuk menghindari godaan dan melindungi diri dari perilaku yang tidak senonoh.

Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi anak Adam mendapat bagian dari zina, tidak boleh tidak, zina kedua mata ialah memandang, zina lidah ialah perkataan, dan zina hati ialah keinginan dan syahwat, sedang faraj (kemaluan) saja yang menentukan benar atau tidaknya dia berbuat zina. (Muttafaqun 'alaih)

Penutup

Penting bagi kita untuk mengingat nilai-nilai agama dan moral dalam berpakaian dan berperilaku. Mengenakan hijab bukan hanya sekadar menutup kepala, tetapi juga menuntut penghormatan dan kepatuhan terhadap norma-norma syariat Islam. Kita perlu menjaga kesucian diri dan menghindari perilaku tabarruj yang bisa membawa dampak buruk bagi masyarakat dan diri kita sendiri. Dengan menjaga pandangan dan berpakaian sopan, kita dapat menghormati diri sendiri, masyarakat, dan tentu saja perintah Allah.

"Ya Allah, jagalah pandangan kami dari sesuatu yang tidak Engkau ridhoi. Ya Allah, tajamkanlah mata batin kami sehingga kami tahu apa yang orang lain tidak tahu."

Semoga bermanfaat,
Wallahu a'lam bish-shawab,
Barakallahu fiikum.